Ibu, Pilar Utama Pemenuhan Gizi Keluarga

Di negeri ini, gizi masyarakat telah menjadi perhatian serius sejak dahulu. Upaya perbaikan gizi masyarakat Indonesia dimulai oleh LMR (Lembaga Makanan Rakyat) pada tahun 1960-an dan dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an hingga saat ini. 

Bahkan, setiap tahun ada peringatan Hari Gizi Nasional (HGN), tepatnya pada 25 Januari. Peringatan HGN bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memilih dan mengonsumsi makanan bergizi untuk keluarga.

Berdasarkan panduan resmi dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan) RI, peringatan HGN tahun ini mengambil tema "Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat" dengan slogan "Makan Bergizi, Keluarga Sehat". 

Untuk menciptakan masyarakat sehat, tentunya dibutuhkan keluarga-keluarga sehat. Dalam keluarga, secara umum seorang ibu menjadi pilar utama atau penentu dalam memilih makanan bergizi untuk keluarga. Mengapa? Karena umumnya ibu yang menyiapkan menu masakan. 

Pada umumnya, ibulah penentu menu makanan keluarga (ilustrasi: Freepik).

Dimulai dari kegiatan belanja kebutuhan makanan sehari-hari yang merupakan proses awal pemilihan makanan sehat dan bergizi. Selain itu, ibu berperan dalam proses memasak makanan yang dapat mempengaruhi kandungan gizi dan tampilan masakan yang dihasilkan. Hal ini akan berpengaruh juga pada selera makan dan kebiasaan makan dalam keluarga. 

Sangat penting bagi seorang ibu untuk mengetahui ilmu gizi dan kesehatan agar dapat diterapkan di keluarga. Di bawah ini adalah beberapa hal yang sebaiknya dipahami oleh seorang ibu untuk bisa menghasilkan makanan sehat bergizi bagi keluarga:

1. Pemahaman tentang kebutuhan gizi bagi setiap anggota keluarga. 

Misalnya, kebutuhan gizi pada bayi dan anak-anak tentu berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Saat ibu memahami kebutuhan setiap anggota keluarga, ibu dapat menyesuaikan atau mengatur porsi dan kebutuhan setiap orang dengan tepat walaupun berasal dari menu yang sama.

2. Pengetahuan tentang bahan pangan sehat. 

Hal ini penting karena saat ibu paham tentang bahan pangan yang sehat dan tidak sehat, ibu dapat memilih yang lebih baik untuk keluarga. Sebagai contoh, saat harus membeli makanan olahan atau makanan kemasan. 

Ibu juga dapat membandingkan dan mengatur pembelian bahan pangan agar lebih variatif untuk menghindari kebosanan menu yang sama. Misalnya, dengan mengatur jenis lauk pauk sumber protein hewani dan nabati. 

3. Pengetahuan tentang pengolahan bahan pangan yang baik, atau cara memasak makanan sehat.

Dengan pengetahuan ini, ibu diharapkan akan memasak secara tepat dan sehat sehingga gizi atau nutrisi pada makanan dapat dipertahankan. Proses memasak yang tidak tepat dapat menyebabkan nilai gizi/nutrisi berkurang bahkan hilang. Tentunya kita tidak ingin makanan yang dihasilkan tanpa nutrisi. Selain itu, proses memasak yang tepat juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur, dan tampilan makanan yang dihasilkan.  

4. Pengetahuan tentang membuat meal plan (rencana menu) bagi keluarga. 

Hal ini untuk menghindari kebosanan menu yang sama. Dengan membuat meal plan atau rencana menu, diharapkan makanan yang dihadirkan dalam keluarga dapat beragam jenis. Dengan demikian, kebutuhan ragam gizi dapat terpenuhi dan selera makan anggota keluarga juga lebih baik. Makanan yang bervariasi memiliki gizi yang bervariasi pula.

Ragam bahan makanan menentukan ragam nutrisi pada makanan (ilustrasi: Pixabay dari Pexels).

Saat seorang ibu mempunyai pengetahuan atau pemahaman tentang hal-hal di atas, beragam makanan sehat dalam keluarga dapat terhidang. Keluarga yang mempunyai kebiasaan makan bersama umumnya lebih sehat dan bahagia. Orang tua, terutama ibu, akan menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam membangun kebiasaan makan sehat. 

Menghadirkan makanan sehat dan dimasak sendiri di rumah tentunya butuh banyak usaha dan waktu. Namun, hal tersebut akan sepadan dengan kesehatan anggota keluarga. 

Anak-anak yang tumbuh besar dengan masakan rumahan umumnya lebih sehat dibandingkan dengan yang punya kebiasaan makan di luar atau jajan. Juga, anak-anak yang sering membeli makanan kemasan dan fast food. Jikalau memang dibutuhkan untuk sesekali membeli makanan kemasan atau membeli dari pihak lain, pastikan kesehatan dan faktor penting lainnya. 

Semoga semakin banyak ibu yang semangat belajar untuk menghasilkan makanan sehat dan bergizi untuk keluarga agar dapat tercapai cita-cita masyarakat dan negara yang sehat. 



Penulis: Rohmah Rahmawati (IP Efrimenia)
Rohmah Rahmawati
Rohmah Rahmawati life is a journey to enjoy with gratitude and happiness

Post a Comment for "Ibu, Pilar Utama Pemenuhan Gizi Keluarga"