Rara, gadis berusia 9 tahun itu bersiap berangkat ke sekolah pagi ini. Setelah berpamitan dan mengucap salam, ia segera berjalan menuju sekolah.
Hari ini, hari pertama Rara bersekolah kembali di semester genap setelah liburan sekolah. Rara bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 4 Harapan Baru.
Sekolah Rara terletak tidak jauh dari rumah, sehingga ia hanya perlu berjalan kaki sekitar sepuluh menit menuju sekolahnya.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Santi, teman sebangku yang rumahnya memang terlewati saat hendak menuju sekolah.
"Ra, kamu sudah mengerjakan PR?" seru Santi sembari menjajari langkah panjang Rara.
"PR yang mana, San?"
"Itu, PR membuat cerita keseruan selama liburan."
Rara menepuk keningnya dengan cukup keras. "Aduh!" serunya.
"Kenapa, Ra?"
"Sakit," ucapnya sambil meringis.
"Ye ... lagian kenapa pakai pukul-pukul kepala, sih?" Santi mengulum senyum.
"Spontan, San ...," ucap Rara sembari mengelus keningnya.
Santi memandang Rara dengan penasaran. "Memangnya ada apa, Ra?"
"Aku lupa belum mengerjakan tugas, San. Bagaimana ini?" ucap Rara cemas.
Tak lama, Rara berseru, "Ayo, San!" sembari menarik lengan Santi agar bergegas.
"Tunggu, Ra!"
"Aku mau mengerjakan tugas, nih! Karena keasyikan liburan, aku jadi lupa kalau ada tugas."
Rara segera berlari menuju sekolah. Santi pun turut berlari di belakangnya.
Setibanya di kelas, Rara segera mengeluarkan buku PR dan bolpoin. Ia berusaha keras menuliskan cerita liburannya, sementara teman-temannya begitu riuh saling bercerita bagaimana pengalaman liburan mereka yang menyenangkan.
Rara tak bisa berkonsentrasi. Akhirnya ia hanya mampu menuliskan kisah liburannya setengah halaman lebih. Dengan berat hati ia pun harus rela menyerahkan tugas seadanya saat Bu Mita meminta setiap siswa mengumpulkan tugasnya di atas meja guru.
"Baiklah anak-anak, selamat datang kembali di kelas kita. Bagaimana liburannya, menyenangkan bukan?"
"Iya, Bu!" Semua siswa serempak menjawab.
"Nah, sebelum kita memulai pelajaran, nanti salah satu dari kalian maju ke depan ya, membacakan kisah liburan di hadapan teman-teman lainnya. Agar kita semua bisa ikut merasakan keseruannya."
Setiap siswa lekat menatap ke depan, berharap bukan nama mereka yang disebut oleh Bu Mita.
Bu Mita terlihat sedang meneliti satu per satu tugas yang bertumpuk di atas meja. Sesekali ia terlihat mengulum senyum. Para siswa menunggu dengan cemas. Cerita siapakah yang akan terpilih untuk dibacakan?
Tiba-tiba Bu Mita tampak mengernyitkan dahi. Ia menarik salah satu lembar kertas dari tumpukan. Lantas menyebutkan nama siswa yang tertera disana.
"Andara Azahra!"
Rara terkesiap. Ia mengangkat tangannya dengan ragu.
Bu Mita menatap lembar tugasnya, kemudian lekat menatap Rara.
“Rara, kenapa tugasmu belum selesai dikerjakan? Ada kesulitankah?” tanya Bu Mita lembut.
"Maaf, Bu. Rara lupa tidak mengerjakan tugas. Tadi baru buat tugasnya di kelas," ucapnya terbata.
Bu Mita berjalan pelan menghampiri Rara.
"Rara, waktu liburan memang sangat menyenangkan ya, tetapi jangan sampai itu membuat kita menjadi lalai. Kita harus tetap semangat untuk belajar, apalagi mengerjakan kewajiban. Usahakan tidak menundanya, supaya kita tidak keteteran nantinya."
Rara mengangguk lemah.
"Kalau kita terbiasa menunda, akhirnya tugas kita semakin menumpuk. Kita juga nanti yang repot dan capek kalau harus mengerjakan tugas dalam waktu yang bersamaan. Bisa juga, saking lamanya ditunda, akhirnya kita lupa.”
Bu Mita kembali berjalan menuju depan kelas.
"Ini juga pelajaran untuk semua, ya. Kalian tidak boleh menunda apalagi bermalas-malasan hanya karena beralasan sedang libur sekolah. Memangnya kita hanya boleh rajin saat sekolah?"
"Tidak, Bu."
"Nah, mulai sekarang, tanamkan dalam diri kalian untuk segera menuntaskan tugas dengan sebaik mungkin. Jangan pernah menunda. Nanti saja, nanti saja. Akhirnya malah tidak mengerjakan apa pun.”
"Iya, Bu."
"Rara, sebagai konsekuensinya, ibu berikan tugas tambahan, ya. Minggu depan kumpulkan kembali tugas yang sudah diperbaiki dan buat sebuah puisi bertema liburan."
"Baik, Bu."
"Ingat, lain kali kerjakan tugas tepat waktu. Tidak boleh lalai dan berleha-leha hanya karena sedang liburan."
"Iya, Bu."
Dalam hati, Rara berjanji tidak akan malas lagi.
Penulis: Lia Anelia (IP Cirebon Raya)
Foto: pressfoto dari Freepik
Post a Comment for "[Cernak] Jangan Lalai, Ra!"
Post a Comment