Mengenalkan Makna Hari Ayah kepada Anak

Tahukah, Kawran? Tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Ayah Nasional. Berbeda dengan Hari Ibu yang sudah lama dikenal, Hari Ayah dicanangkan pada 2014 oleh paguyuban Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) di Maumere, Flores, NTT.

Berbicara tentang ayah, saya merasa beruntung karena dekat dengan sosok ayah. Ke mana pun ayah bekerja, saya diajaknya. Kenangan dipanggul di pundak pun masih tersimpan sampai sekarang. Ayah menjadi sosok yang menemani saya sedari kecil hingga kuliah. Berangkat naik kereta di pagi buta, membawa bekal seadanya. Uang dalam saku lusuhnya lebih baik diberikan sebagai uang saku saat saya bertemu teman kampus yang baru. "Agar tidak malu," katanya.

Bekal kenangan dan pengalaman itu ingin saya teruskan ke anak. Ayah adalah sosok yang seharusnya dekat dan bisa mengayomi, bukan hanya bisa bekerja. Anak-anak juga perlu merasakan hangatnya kasih sayang seorang ayah. Jangan sampai, minimnya komunikasi di rumah menjadi hal yang dimaklumi, padahal anak membutuhkan sosok nyata seorang ayah di sampingnya. 

Berhubung ada momen spesial Hari Ayah Nasional, yuk, coba beberapa hal berikut yang bisa dilakukan di rumah agar bonding ayah dan anak semakin erat dan terjaga.


Ayah adalah pahlawan bagi seorang anak (ilustrasi: freepic.diller dari Freepik).


Me Time Bareng

Sebelumnya perlu ada kesepakatan visi misi antara suami istri dalam mendidik anak. Bagaimanapun capainya ayah dalam bekerja, harus ada waktu bersama anak. Bukan waktu sisa, melainkan waktu spesial untuk anak. Dengan demikian, anak menjadi merasa dihargai. Pun anak diharapkan bisa melihat dan mencontoh kebiasaan ini kelak.

Tahun ini, kebetulan pada 12 November ayah masih sibuk bekerja. Jadi, kebersamaan diganti di akhir pekan. Makan bersama menjadi pilihan. Tak perlu ke resto mahal, makan di pinggir rel kereta (dekat stasiun) sudah cukup. Pemilihan tempat diputuskan bersama anak. Anak senang, komunikasi pun terjalin. Banyak cerita mengalir.


Mengenalkan Sosok Ayah di Rumah

Ayah sosok yang tak banyak bicara. Dalam mengungkapkan perasaan pun penuh keraguan dan kebimbangan. Seringkali anak menjadi salah paham akan makna kasih sayang dari ayah. Semua ini biasanya berdasarkan karakter dan pola asuh ayah terdahulu. Sebagai ibu yang sekaligus dijadikan perantara komunikasi anak dan ayah, saya perlu menggali perasaan anak kepada ayahnya dan sebaliknya.

Sosok ayah tak bisa disamaratakan apalagi dibandingkan. Ingatlah! Ayahku berbeda dengan ayahmu. Diamnya ayahku tak sama dengan diamnya ayahmu. Cara ayah berbicara dan memperlakukan anak juga punya ciri tersendiri. Saya selalu mengingatkan pasangan, “Jadilah ayah versi terbaikmu. Ambil nilai baik, sisihkan nilai buruk yang membuatmu merasa ciut dan tak nyaman menjadi ayah.”


Menghargai Setiap Pemberian Ayah

Pemberian materi atau hadiah identik dengan sosok ayah. Sebagai anak, seringkali kita menyepelekan pemberian ayah. Dilihat dari harga, murah. Dilihat dari model, kadang jadul/ kurang menarik. Belum lagi ejekan dari teman yang lain. 

Seringkali kita merasa malu atas usaha ayah yang tidak bisa kita telisik beratnya. Ayah sampai lembur di tempat kerja. Ia rela menyisihkan uang makan untuk bisa membelikan mainan untuk anak. Walau kadang memilih barang bekas, itu tetaplah usaha terbaiknya.

Melatih diri untuk selalu bersyukur sangat diperlukan. Cara sederhana dengan membiasakan diri untuk selalu berterima kasih atas apa yang ayah berikan. Selalu berdoa kepada Allah atas kebaikan ayah. Selanjutnya, dengan merawat pemberiannya tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi ayah.


Ayahlah yang memperkenalkan luasnya dunia kepada anak (ilustrasi: freepic.diller dari Freepik).


Membiasakan Diri Mengungkapkan Sayang

Sebagai upaya untuk selalu mensyukuri nikmat kasih sayang dari ayah, anak juga perlu mengungkapkan kasih sayangnya pada ayah. Baik anak laki-laki atau perempuan perlu berlatih untuk bisa mengungkapkan sayang. Hal ini bisa dikenalkan orang tua sejak anaknya bayi. Setiap hari mengatakan, “Ibu dan Ayah sayang kamu, Nak. Terima kasih telah lahir dan menjadi anak kami.”

Kalimat itu terulang seiring dengan pelukan dan ciuman sayang. Saat anak telah mengerti diajak bicara, orag tua bisa meminta izin. “Bolehkah ayah mencium pipimu sepulang kerja?” Tidak hanya dari orang tua ke anak, kepada pasangan pun ungkapan ini perlu dijaga dan dirawat setiap hari. Pun ketika ada masalah. Ungkapan maaf perlu keluar berbarengan dengan ungkapan sayang.


Membesarkan Hati Ayah Melalui Budi Baiknya

Tidak ada ayah yang sempurna. Lihatlah kebaikan ayah selama ini. Ingat bagaimana lelahnya ia sepulang kerja. Tengok motor, baju, dan perlengkapan yang dipunya. Biasanya jauh dari kata lengkap dan modern. Kebutuhan ayah seadanya. Apa yang dipunya demi kelancaran bekerja dan mencari nafkah.

Bila ia sering marah? Meminta maaf adalah jalan utama. Ayah juga perlu melakukan hal serupa bila salah. Pengakuan dan kebanggaan anak menjadi motivasi ayah untuk selalu lebih baik ke depannya. Bagaimana pun, kepercayaan, keamanan dan kehormatan keluarga di pundak ayah menjadikannya sebagai sosok pejuang keluarga. Inilah yang akan menjadi bekal ayah untuk bisa menularkan budi baiknya ke luar rumah.

Sudahkah Kawan mengungkapkan sayang kepada ayah? Sekali setahun merayakan Hari Ayah tentunya menyentil kita untuk selalu memperlakukannya lebih baik. 

Salam hangat untuk ayah. Salam sejahtera bagi pejuang keluarga.


Penulis magang: Aprillia Nur'Aida (Shiper Kabin Blogging Kampung Bakat 4) 

Post a Comment for "Mengenalkan Makna Hari Ayah kepada Anak"