Kilas Balik Peristiwa 10 November 1945
Duarrr…. Perang berkecamuk. Tak ada yang memperhatikan kondisi diri sendiri. Yang ada di pikiran mereka adalah bisa terus tegak berdiri melawan musuh di depan mata. Terkadang sekelebat bayangan kedua orang tua, anak, dan istri muncul saat terkena tembakan. Mereka hanya bisa berteriak lirih menahan perih, sakit fisik dan mental.
Saat itu situasi Surabaya sangat tegang. Sekian lama mereka berjuang melawan tentara Sekutu yang datang bersama Belanda yang mencoba menduduki kembali Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Ribuan pejuang telah gugur di medan perang demi mengusir penjajah dari tanah air Indonesia. Cita-cita luhur yang terpatri, “Kami ingin berdiri di atas kaki kami sendiri”.
Tak terhitung jumlah keluarga yang telah ditinggalkan pemimpinnya, menyisakan kedukaan yang pilu. Namun, hati mereka tetap tegar. Perjuangan ini tidaklah sia sia. Tua muda semua bahu membahu. Baik laki-laki maupun wanita berusaha sekuat tenaga untuk kemerdekaan bangsa tercinta.
“Merdeka atau mati!” Begitu suara Bung Tomo yang menggelegar dan berapi api terdengar di radio-radio seantero Surabaya. Bung Tomo adalah sosok pemuda yang memiliki semangat juang tinggi dalam melawan penjajahan. Beliau lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920.
Rakyat Indonesia mengorbankan jiwa raga untuk kemerdekaan Indonesia (ilustrasi: Freepik). |
Puncaknya adalah 10 November 1945. Para pemuda Surabaya bersatu menghadapi tentara Sekutu yang jauh lebih kuat dan modern dalam hal senjata. Mereka bertempur habis-habisan meski tahu bahwa risiko yang ditanggung sangat besar. Peristiwa bersejarah inilah yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Hasilnya bukanlah kemenangan langsung bagi rakyat Indonesia atau kekalahan telak bagi Sekutu. Pertempuran itu menjadi simbol penting perlawanan Indonesia dan memperlihatkan kekuatan serta semangat juang rakyat Indonesia kepada dunia.
Pada hari itu, pasukan Sekutu yang dipimpin oleh pasukan Inggris dan melibatkan pasukan Belanda menghadapi arek-arek Surabaya yang berjuang mati-matian. Walaupun akhirnya Surabaya dikuasai oleh Sekutu, mereka tidak meraih kemenangan dengan mudah atau cepat. Justru sebaliknya, pasukan Sekutu mengalami banyak kerugian, baik dari sisi personal maupun moral, karena perlawanan yang sengit dan tak terduga dari rakyat Surabaya.
Betapa terharunya jiwa ini mendengar kembali kisah kepahlawanan Bung Tomo beserta para arek Surabaya dan seluruh daerah lain di Indonesia yang bersemangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pahlawan harus kita lanjutkan. Kini sebagai penerus bangsa, tugas kita dalam mengisi kemerdekaan ialah dengan terus berbuat kebaikan kepada sesama, mengantarkan kepada Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Penulis magang: Dewi Yulia Fajarwati (Shiper Kabin Blogging Kampung Bakat 4)
1 comment for "Kilas Balik Peristiwa 10 November 1945"