Bunga Rampai Kemerdekaan Perempuan ala Kampung Komunitas
Tahun ini segenap rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan Indonesia ke-79. Tentu ini bukan sekadar hitungan angka. Puluhan tahun berselang, berbagai dinamika sosial hadir di tanah air tercinta, menimbulkan ragam dimensi pemahaman tentang makna kemerdekaan itu sendiri.
Bagi Mbak Avi, hal serupa juga berlaku untuk lingkup negara. Menurutnya, kemerdekaan baru bermakna bila negara bisa menentukan dan melakukan apapun secara bebas sesuai dengan keyakinan, nilai, dan prinsip negara, tanpa terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Uni Lia menambahkan poin “membuat bahagia” dalam makna kemerdekaan. Artinya, jika seseorang belum mendapatkan kebahagiaan dalam menjalani peran sebagai diri sendiri istri, ibu maupun anggota masyarakat, dia belum merdeka.
Namun, kemerdekaan ini harus tetap disertai dengan komitmen dan tanggung jawab seperti pendapat Mbak Shela. Selain itu, kemampuan menghargai perbedaan serta menyampaikan kritik dengan cara yang baik adalah dua hal yang menjadi konsekuensi dari kemerdekaan.
Masih terkait dengan makna kemerdekaan, Mbak Avi menginginkan Indonesia benar-benar bebas dari kekangan pihak-pihak berkepentingan, baik eksternal maupun internal. Kedaulatan negara dipegang utuh. Karenanya, negara dapat menerapkan prinsip NKRI dengan ideologi Pancasila, menghormati konstitusi, dan menjunjung undang-undang.
Kerukunan di tengah keberagaman dalam masyarakat dan keadilan yang merata di semua lini adalah dua hal yang diharapkan Mbak Jihan Berta yang biasa dipanggil Mbak Jibe. Sejalan dengan ini, Uni Lia menambahkan soal pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. “Dengan akan dilantiknya presiden baru, semoga Indonesia lebih baik, lebih memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat. Tidak mementingkan kelompok,” katanya lagi.
Hal ini seirama dengan pendapat Mbak Shela yang berharap perempuan Indonesia semakin semangat dan semakin kuat dalam menjalani perannya. Jika perempuan lemah, otomatis keluarganya juga akan lemah. Anak-anak pun tidak akan tumbuh paripurna.
“Saya berharap bisa berkontribusi untuk Indonesia dari rumah. Sebagai ibu, perempuanlah yang mendidik adab dan memperkaya pengetahuan anak-anak. Ketika kelak mereka menjadi pemimpin, mereka tahu batas dalam bertindak,” kata Mbak Syafi’ah.
Namun, bukan berarti perempuan tidak lagi perlu melihat ke dalam diri. Seperti halnya laki-laki, perempuan juga memiliki potensi yang tidak boleh dilupakan. Dengan potensi unik dalam tiap pribadi, Mbak Jibe mendambakan perempuan Indonesia dapat mengoptimalkan potensinya untuk agama, negara, lingkungan, dan keluarga.
Dalam berkarya, Mbak Avi menekankan pentingnya kebebasan, lepas dari belenggu stigma “sumur, dapur, kasur”. Dengan menguatkan nilai yang diyakini, perempuan Indonesia akan paham betul tujuan yang ingin dicapai, tanpa terjajah nilai pihak lain.
Mbak Ajeng memberi titik tekan pada “wadah berekspresi dan aktualisasi diri tanpa rasa takut dan khawatir”. Melalui berbagai kegiatan yang ada, baik di tingkat pusat maupun regional, Kakom IP dapat menjadi rumah bagi seluruh perempuan Indonesia yang ingin berkarya dengan penuh suka cita. “Dan berdaya dengan hati yang bahagia,” tambah Mbak Jibe.
Kembali ke hakikat perempuan sebagai akar/pondasi bagi tumbuhnya keluarga, Uni Lia berharap dengan bergabung di Kakom IP, akan tercipta pondasi-pondasi yang kuat dan sehat. Keluarga adalah satuan kecil dalam suatu negara. Jangan berharap Indonesia akan baik jika keluarga-keluarga penyusunnya belum baik.
Tentu peran anggota keluarga lain tetap penting. Berkat kerja sama antara seluruh komponen keluarga, keluarga akan kokoh dari dalam. Akar kuat, batang tegak, daun rimbun.
Masih dalam semangat kebangsaan, tim redaksi menghimpun pendapat seputar kemerdekaan dari beberapa personel Kampung Komunitas Ibu Profesional (Kakom IP). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemerdekaan berarti keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya). Kemerdekaan sama dengan kebebasan.
Dirgahayu Indonesia ke-79 (ilustrasi: Freepik) |
Makna kemerdekaan
Kata “bebas” menjadi sorotan dalam jawaban Mbak Syafi'ah, Mbak Shela Ratri, Mbak Avi Ramadhani, Mbak Ajeng Sekar, Mbak Jihan Berta, dan Uni Muliani Rozana. “Merdeka berarti bebas menjadi diri sendiri tanpa harus mendapatkan tekanan untuk bersikap dari pihak lain, bebas berdaya dan bermanfaat sesuai dengan kemampuan masing-masing, serta bebas berkarya tanpa khawatir untuk dicela,” ujar Mbak Ajeng.Bagi Mbak Avi, hal serupa juga berlaku untuk lingkup negara. Menurutnya, kemerdekaan baru bermakna bila negara bisa menentukan dan melakukan apapun secara bebas sesuai dengan keyakinan, nilai, dan prinsip negara, tanpa terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Uni Lia menambahkan poin “membuat bahagia” dalam makna kemerdekaan. Artinya, jika seseorang belum mendapatkan kebahagiaan dalam menjalani peran sebagai diri sendiri istri, ibu maupun anggota masyarakat, dia belum merdeka.
Namun, kemerdekaan ini harus tetap disertai dengan komitmen dan tanggung jawab seperti pendapat Mbak Shela. Selain itu, kemampuan menghargai perbedaan serta menyampaikan kritik dengan cara yang baik adalah dua hal yang menjadi konsekuensi dari kemerdekaan.
Harapan untuk Indonesia
Sebagai warga negara, banyak harapan tercurah untuk Indonesia tercinta. Mulai dari harapan untuk dalam negeri hingga luar negeri diungkapkan oleh para personel Kakom IP.Masih terkait dengan makna kemerdekaan, Mbak Avi menginginkan Indonesia benar-benar bebas dari kekangan pihak-pihak berkepentingan, baik eksternal maupun internal. Kedaulatan negara dipegang utuh. Karenanya, negara dapat menerapkan prinsip NKRI dengan ideologi Pancasila, menghormati konstitusi, dan menjunjung undang-undang.
Kerukunan di tengah keberagaman dalam masyarakat dan keadilan yang merata di semua lini adalah dua hal yang diharapkan Mbak Jihan Berta yang biasa dipanggil Mbak Jibe. Sejalan dengan ini, Uni Lia menambahkan soal pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. “Dengan akan dilantiknya presiden baru, semoga Indonesia lebih baik, lebih memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat. Tidak mementingkan kelompok,” katanya lagi.
Adapun Mbak Syafi’ah mendambakan kejayaan Indonesia sehingga negara bisa memfasilitasi anak-anak bangsa yang berbakat dan memberikan pendidikan yang layak untuk semua lapisan masyarakat.
Perspektif berbeda dimiliki Mbak Ajeng yang melihat aspek eksternal. Mbak Ajeng berharap di kancah internasional Indonesia mampu membuktikan diri sebagai negara yang suaranya patut diperhitungkan, negara yang kuat, mandiri, serta tidak bergantung pada pendapat dan keputusan negara lain.
Semua harapan di atas terangkum dalam jawaban sederhana—tetapi mendalam—dari Mbak Shela. Jawaban yang sepertinya muncul akibat ramai suara di sana sini yang berpendapat Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kata Mbak Shela, “Semoga Allah selalu melindungi Indonesia. Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan damai. Rakyat pun makmur bahagia.” Kita aminkan bersama, ya, Kawran.
Perspektif berbeda dimiliki Mbak Ajeng yang melihat aspek eksternal. Mbak Ajeng berharap di kancah internasional Indonesia mampu membuktikan diri sebagai negara yang suaranya patut diperhitungkan, negara yang kuat, mandiri, serta tidak bergantung pada pendapat dan keputusan negara lain.
Semua harapan di atas terangkum dalam jawaban sederhana—tetapi mendalam—dari Mbak Shela. Jawaban yang sepertinya muncul akibat ramai suara di sana sini yang berpendapat Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kata Mbak Shela, “Semoga Allah selalu melindungi Indonesia. Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan damai. Rakyat pun makmur bahagia.” Kita aminkan bersama, ya, Kawran.
Selalu ada harapan baik untuk Indonesia tercinta (ilustrasi: Freepik) |
Harapan sebagai Perempuan Indonesia
Perempuan adalah tiang negara dan madrasah pertama anak-anak. Dari rahim perempuan lahir generasi kuat dan berakhlak baik yang kemudian membentuk masyarakat yang baik. Kelak muncul pemimpin terbaik dari masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, peran perempuan dalam negara tidak boleh dipandang sebelah mata.Hal ini seirama dengan pendapat Mbak Shela yang berharap perempuan Indonesia semakin semangat dan semakin kuat dalam menjalani perannya. Jika perempuan lemah, otomatis keluarganya juga akan lemah. Anak-anak pun tidak akan tumbuh paripurna.
“Saya berharap bisa berkontribusi untuk Indonesia dari rumah. Sebagai ibu, perempuanlah yang mendidik adab dan memperkaya pengetahuan anak-anak. Ketika kelak mereka menjadi pemimpin, mereka tahu batas dalam bertindak,” kata Mbak Syafi’ah.
Namun, bukan berarti perempuan tidak lagi perlu melihat ke dalam diri. Seperti halnya laki-laki, perempuan juga memiliki potensi yang tidak boleh dilupakan. Dengan potensi unik dalam tiap pribadi, Mbak Jibe mendambakan perempuan Indonesia dapat mengoptimalkan potensinya untuk agama, negara, lingkungan, dan keluarga.
Dalam berkarya, Mbak Avi menekankan pentingnya kebebasan, lepas dari belenggu stigma “sumur, dapur, kasur”. Dengan menguatkan nilai yang diyakini, perempuan Indonesia akan paham betul tujuan yang ingin dicapai, tanpa terjajah nilai pihak lain.
Harapan untuk Kakom IP
Sebagai bagian dari perempuan Indonesia, semua personel Kakom IP sepakat menginginkan Kakom IP mampu menjadi tempat belajar dan bertumbuh bagi para perempuan. “Sehingga bisa bermanfaat bagi sekitar,” kata Mbak Syafi’ah.Mbak Ajeng memberi titik tekan pada “wadah berekspresi dan aktualisasi diri tanpa rasa takut dan khawatir”. Melalui berbagai kegiatan yang ada, baik di tingkat pusat maupun regional, Kakom IP dapat menjadi rumah bagi seluruh perempuan Indonesia yang ingin berkarya dengan penuh suka cita. “Dan berdaya dengan hati yang bahagia,” tambah Mbak Jibe.
Kembali ke hakikat perempuan sebagai akar/pondasi bagi tumbuhnya keluarga, Uni Lia berharap dengan bergabung di Kakom IP, akan tercipta pondasi-pondasi yang kuat dan sehat. Keluarga adalah satuan kecil dalam suatu negara. Jangan berharap Indonesia akan baik jika keluarga-keluarga penyusunnya belum baik.
Tentu peran anggota keluarga lain tetap penting. Berkat kerja sama antara seluruh komponen keluarga, keluarga akan kokoh dari dalam. Akar kuat, batang tegak, daun rimbun.
Penutup
Luar biasa, ya, harapan-harapan dari para personel Kakom IP. Bagaimana dengan Kawran? Harapan apa yang Kawran miliki di usia Indonesia ke-79 ini?Semoga semua harapan baik kita terwujud, ya. Tetap berusaha, berdoa, dan tawakkal! Fighting!
Penulis: Mutiara Sidharta (IP Bandung)
Post a Comment for "Bunga Rampai Kemerdekaan Perempuan ala Kampung Komunitas"
Post a Comment