Lima Tips Dampingi Anak Songsong Masa Depan Melalui Pendidikan

Tidak ada yang menyangkal pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah bekal untuk membuat perubahan, mulai dari skala individu hingga negara. Pendidikan mendewasakan pikiran, melembutkan hati, dan mengasah rasa. Pendidikan yang baik tercermin pada perilaku, sikap serta sifat masyarakat yang terwujud berkat penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ibarat eskalator untuk naik kelas sosial, mengangkat martabat diri dan keluarga. 

Sebagai orang tua, tentu kita ingin anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik bagi masa depan mereka. Semangat kita dalam membersamai anak-anak sepanjang perjalanan mereka menempuh pendidikan akan menular. Children see, children do. Jangan sampai kita yang malah kehilangan semangat dan harapan akibat wajah pendidikan Indonesia yang carut-marut, ya, Mak.

Saya memiliki harapan tinggi bahwa kelak masa depan pendidikan anak-anak saya bisa terpenuhi dengan baik. Itu artinya, tidak hanya anak yang harus semangat, saya juga. Saat anak-anak lelah, bagian saya untuk memompa semangat baru bagi anak-anak. 

Sekolah adalah salah satu jalan untuk memperoleh pendidikan
Foto: Freepik


Tips Menjaga Semangat untuk Orang Tua

Nah, kali ini saya ingin berbagi tips menjaga semangat orang tua dalam membersamai anak meraih pendidikan terbaik. Pendidikan di sini bukan pendidikan formal saja, ya, Mak, melainkan juga pendidikan nonformal. Tips diramu berdasarkan pengalaman dan riset terhadap kehidupan teman dan ruang lingkup saya.

Apa saja tipsnya? Yuk, simak!

1. Tentukan visi dan misi orang tua tentang pendidikan anak.

Mendapatkan pendidikan adalah hak mutlak yang harus anak dapatkan dan merupakan kewajiban yang harus orang tua penuhi. Akan tetapi, caranya tidak harus melalui lembaga formal.

Seiring pergerakan zaman, pendidikan bisa diperoleh di mana saja. Contohnya, yang saat ini banyak dijalankan oleh orangtua milenial adalah homeschooling. Homeschooling atau sekolah rumah berarti memberikan pendidikan di rumah dengan orang tua yang menjadi pengajarnya.

Bagi saya, itu hal yang sangat diperbolehkan jika memang sejalan dengan visi dan misi keluarga yang sudah disepakati. Bagaimanapun pendidikan anak merupakan tanggung jawab penuh orang tua. Jadi, berilah pendidikan terbaik untuk anak sesuai dengan nilai keluarga.

2. Pendidikan bukan hanya calistung, bekali anak dengan keahlian sesuai bakat dan minat.

Di era modern,  orang tua tak lagi cukup membekali anak dengan calistung saja, tetapi harus lebih dari itu. Masa depan generasi penerus akan bergerak mengikuti zaman. Karenanya, menyiapkan anak dengan mempelajari keahlian yang sesuai minat dan bakat sangatlah penting. Anak pun akan lebih bersemangat dalam belajar.

Tak hanya itu, membekali anak dengan keahlian yang mumpuni akan meningkatkan daya saing anak di masa depan. Bukan hanya di dunia pendidikan, melainkan juga di berbagai bidang keilmuan lainnya.

3. Berikan kebebasan bagi anak untuk memilih bidang keilmuan yang diminati.

Siapa yang waktu kecil diarahkan untuk jadi insinyur, dokter atau guru? Dulu ketiga profesi tersebut dianggap dapat menjamin "masa depan". Lapangan pekerjaannya pun lebih mudah dicari. 

Sekarang keadaan sudah berbeda. Keilmuan terus berkembang, memunculkan jenis pekerjaan baru yang dulu tidak terbayang. Jadi, bebaskan anak untuk memilih keilmuan yang diminatinya, ya, Mak.

Dampingi dan fasilitasi kebutuhannya dalam menggapai keinginan mempelajari keilmuan yang dipilih selama masih sejalan dengan nilai keluarga. Jika ada penyimpangan, ajaklah berdiskusi. Perkenalkan kelebihan, juga kekurangan bidang ilmu yang ingin anak pelajari.

Paparkan anak dengan ragam profesi
Foto: Freepik


4. Ubah pola pikir tentang lapangan pekerjaan.

Anggapan bahwa gelar tinggi mutlak dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang mumpuni dengan gaji yang fantastis sebegitu dipercaya masyarakat. Ada benarnya, tetapi ada pula yang perlu kita renungi. Memiliki gelar sarjana pastinya suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua. Namun, menurut saya di zaman sekarang, mendapatkan pekerjaan yang linier dengan gelar sarjana merupakan pikiran idealis.

Pada kenyataannya, yang mampu bersaing di dunia kerja ialah yang juga memiliki kemampuan tambahan di luar bidang ilmu sarjananya. Bisa jadi, kelak anak kita akan menekuni (dan menjadi ahli) bidang yang jauh berbeda. Itu bukan masalah. 

Yang lebih canggih lagi, kita perlu mengubah pola pikir anak mengenai dunia kerja. Dari bersaing mencari lapangan pekerjaan menjadi bersaing menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan begitu, anak tidak lagi bergantung kepada orang lain, sebaliknya membantu orang lain. 

5. Upgrade dan update keilmuan.

Dalam mendampingi anak mendapatkan pendidikan terbaik, tentunya peran orang tua sangat penting. Untuk itu, kita perlu menambah dan memperbarui ilmu yang kita punya. Caranya bisa dengan mengikuti training atau seminar, membaca jurnal, mengikuti komunitas atau berbagi ilmu dengan orang tua lain.

Penutup

Pendidikan itu ibarat lari maraton, bukan sprint. Hasilnya tidak diperoleh dalam waktu singkat. Justru setelah lulus kuliah adalah kawah candradimuka sesungguhnya. Apakah pendidikan yang sudah diperoleh sejak kecil memberikan hasil seperti yang diharapkan?

Semoga lima tips di atas dapat membantu kita menjaga semangat dalam membersamai anak menyongsong masa depannya, ya, Mak. Jangan lupa pula untuk melangitkan doa-doa terbaik. Semoga anak-anak kita kelak menjadi orang-orang terdidik yang berkontribusi untuk kemajuan, bangsa Indonesia, pada khususnya dan dunia, pada umumnya. Aamiin



Penulis: Tyas Septi Julian (IP Samkabar)

2 comments for "Lima Tips Dampingi Anak Songsong Masa Depan Melalui Pendidikan"

Comment Author Avatar
Tips nya ok banget, terutama dibagian bahwa anak diberi kebabasan memilih bidang yang diminatinya. Jika anak merasa dipaksa, biasanya hasilnya akan buruk.
Comment Author Avatar
Setujuuu banget sama tips2nya. Zaman sekarang udah bukan lagi masanya orang tua maksain keinginan2nya ke anak utk menjadi sesuatu. Sebaliknya, orang tua dengan "power dan kekuasaan"-nya cukup bertugas sbg fasilitator sekaligus mengarahkan dan mendampingi saja dlm proses belajar si anak. Apakah nanti si anak memilih menjadi apa, orang tua sepatutnya mendukung saja salah satunya dgn jadi teman berdiskusi supaya anak punya teman yang imbang sblm memutuskan pilihan akhirnya. Terima kasih utk artikelnya!